Saat Abdul Muthalib, kakek nabi, memberikan nama untuk cucu kesayangan tersebut, ada rasa heran pada masyarakat jahiliyah. Nama yang begitu asing bagi mereka. Tapi tidak untuk sang kakek. Ahmad, begitu mereka memanggil.
Ia yakin, nama adalah doa, hadiah terbaik yang bisa orang tua berikan untuk anaknya.
Dengan alasan itu jugalah, islamic school yang berkonsultasi branding dengan kami memilih nama Bin Ahmad. Inspirasi tersebut datang dari nama kecil nabi.
Logo Bin Ahmad berwarna hijau, warna yang menurut beberapa hadis sahih, merupakan corak kesukaan junjungan umat Islam tersebut. Warna hijau melambangkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Dalam catatan historis Islam, Ibnu Hajjar dalam Tanbih Al Akhbar mengatakan: “Pada hari raya kami disuruh memakai pakaian berwarna hijau karena warna hijau lebih utama. Adapun warna hijau adalah afdhal daripada warna lainnya sesudah putih.”
Menilik Al-Quran, surga pun digambarkan dengan warna hijau yang menyejukan mata, pun jika dilihat dari jauh.
“..kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.” (Ar Rahman 64)
Dan pemahaman yang nampak tua serta berasal dari peradaban masa lalu itu bukan tanpa bukti ilmiah.
Kini, tinjauan psikologi modern membuktikan apa yang telah di pikirkan manusia jaman dulu.
Seorang psikolog ternama dari Swiss, Carl Gustav Jung, menjadikan warna sebagai alat penting dalam psikoterapinya. Beliau meyakini setiap warna punya makna, potensi, dan kekuatan untuk memengaruhi.
Bahkan, ia bisa memicu efek tertentu pada produktivitas, emosi, hingga perubahan mood seseorang.
Warna hijau kerap menjadi simbol warna Bumi, yang berarti kehidupan. Ia biasa bersanding dengan warna orange sebagai warna alam, sebagai sesuatu yang bersifat natural. Warna orange kadang hampir disamakan dengan warna hitam namun coklat lebih menunjukan keceriaan, kehangatan dan kelembutan, ciri khas seorang anak.
Mereka bermain dengan ceria dan rasa hangat. Anak-anak tidak pernah menyimpan dendam. Dale carnegie, tokoh psikologi positif, menunjukan sebuah cerita. Seorang bapak yang memarahi anaknya, kemudian si anak menangis. Sesaat, ketika ia sudah berhenti dari tangisnya, anak itu menghampiri bapak kemudian memeluk. Tanpa rasa dendam bahwa si bapak baru saja membuatnya bersedih.
Perilaku yang sekali lagi sudah luntur pada manusia dewasa.
Meski tindakan ini pernah diajarkan nabi. Ia memaafkan orang yang mengusir, memfitnah bahkan mau membunuhnya.
Disana ada kesucian hati. Dan begitulah warna orange pada logo islamic school bin ahmad bercerita.
Di tengah logo Bin Ahmad, juga terdapat seorang anak mengenakan jubah dengan tangan menengadah. Sebuah gestur yang menunjukan sifat terbuka, sifat berhenti untuk selalu curiga dan menerima apa yang datang kepadanya dengan senyum.
Ini sebuah attitude yang mulai hilang pada masyarakat modern. Kecurigaan, intoleran dan melihat perbedaan dengan memincingkan mata sudah menjadi hal wajar.
Bin Ahmad ingin anak didik sekolah islami bertindak seperti perilaku nabi, keramahan dan terbuka pada perbedaan. Oleh sebab itu juga, Islam memproklamirkan dirinya sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Rahmat berarti kelembutan yang berpadu dengan rasa iba dan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
Bin Ahmad ingin mengikuti perilaku tersebut. Dan semua dimulai dari hal yang sederhana, sebuah doa. Dan nama adalah doa paling dasar yang bisa kita harapkan. Semoga anak didik Bin Ahmad mengikuti sifat dan kemuliaan nabi muhammad kecil, saat mereka masih menyebutnya ‘Ahmad’.